Pietra Sarosa, MSM.
Usianya masih terbilang muda: 28 tahun. Namun, ia sudah cukup banyak berkontribusi dalam perkembangan bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM) di negeri ini. Di bawah nama Sarosa Consulting Group, ia menawarkan service berupa consulting, coaching, & training kepada mereka yang tertarik membangun bisnis UKM. Menurut Pietra, begitu ia sering disapa, pengetahuan masyarakat (segmen UKM) mengenai investasi masih rancu. Banyak dari mereka yang berpikir bahwa investasi membutuhkan modal besar, yang notabene bukan untuk kelas menengah ke bawah.
Mindset masyarakat yang seperti ini menjadi tantangan baginya. Karena itulah ia dan timnya sering mengadakan seminar dan workshop untuk memberikan pengetahuan mengenai UKM. Dalam seminarnya, Pietra selalu menekankan bahwa investasi bisa dimulai dengan modal kecil atau apa adanya, misalnya dengan membuka toko di rumah.
Ketika disinggung mengenai ketertarikannya membuka konsultasi bagi kalangan UKM, bukannya menengah ke atas, Pietra menjelaskan selain sudah banyak, ia melihat anak-anak muda -sebagai mayoritas pelaku UKM- merupakan market yang potensial. Umumnya mereka penuh dengan ide-ide kreatif, namun masih merasa tidak percaya diri untuk memulai, sehingga mereka membutuhkan second opinion untuk mendukung kemajuan mereka.
“Tiap orang butuh second opinion. Sebenarnya yang dibutuhkan ketika Anda menjalankan bisnis adalah perasaan bahwa Anda punya teman dalam menjalani semuanya. Ada yang memberi tahu ‘jangan begini..’ atau ‘sebaiknya begini..’. Karena banyak orang yang tidak percaya diri. Nah begitu mereka growing, mereka akan ingat siapa konsultan mereka,” ujar pria yang mengidolakan Mark Goff ini.
Sedangkan untuk sampai pada titik dimana kliennya dianggap sudah bisa start running the business, klien tersebut harus melewati coaching yang dibagi menjadi beberapa tahap yang harus dijalani dengan seksama. Tahap-tahap tersebut masa penyelesaiannya tergantung dengan masing-masing orang. Bagi Pietra, yang penting adalah kliennya harus merasa nyaman terlebih dahulu, sehingga tidak ada yang merasa seperti dipaksakan.
Selain itu, ada hal penting menurut Pietra yang bisa dijadikan cara untuk mempelajari bagaimana menjadi seorang enterpreneur, yaitu belajar memahami ketidakpastian, karena bisnis investasi adalah bisnis yang tidak mengenal kepastian. Namun, bagi pria kelahiran Solo ini, kepuasan menjadi seorang enterpreneur adalah ketika ia bisa turut serta mengurangi jumlah pengangguran.
“1 orang enterpreneur artinya ia sudah mempekerjakan dirinya sendiri. Itu saja sudah bisa dibilang mengurangi satu beban ketegantungan. Misal seorang enterpreneur merekrut 10 tenaga kerja, maka dengan adanya 1000 enterpreneur baru, 10000 orang sudah tidak perlu bingung kemana harus cari kerja.”
Menyadari bahwa tidak semua orang memiliki bakat sebagai pengusaha, Pietra berpendapat bahwa langkah yang paling efektif dalam memberikan modal untuk UKM adalah dengan monitoring calon-calon pengusaha terlebih dahulu. Baru kemudian dipilih mana yang berpotensi untuk menjadi ‘lokomotif’ bagi ‘gerbong’ lainnya. ‘Gerbong’ itu adalah orang-orang yang merasa lebih nyaman dengan menjadi karyawan.
Sebenarnya, awal pria kelahiran Solo ini terjun menjadi seorang enterpreneur ‘berkat’ celetukan-celetukan yang ditujukan pada dirinya. Pria lulusan Akuntansi UI namun merasa tidak cocok sebagai akuntan ini kerap mengeluarkan buku-buku bertema enterpreneur, namun masih di bawah bendera perusahaan orang lain. Akhirnya setelah mencicipi bekerja sebagai auditor dan financial planner di perusahaan selama kurang lebih 2 tahun, Pietra pun beralih menjadi ‘pengusaha’.
Kini, dengan statusnya sebagai Managing Partner Sarosa Consulting Group, Pietra membantu calon-calon pengusaha baru untuk membangun/mengembangkan bisnis UKM-nya, sesuai dengan obsesinya: menjadikan Sarosa Consulting Group sebagai Leading Consultant Form bagi UKM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar