Selasa, 02 Juni 2009

Management Trainee, Investasi SDM Perusahaan

Belakangan ini posisi Management Trainee (MT) semakin banyak dicari perusahaan. Coba aja tengok di lembar klasika “karir” pada koran Kompas hari Sabtu dan Minggu, kamu akan menemukan setidaknya 5 perusahaan yang membuka lowongan untuk posisi ini. Kondisi ini menggambarkan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan kader pemimpin perusahaan di masa depan, yang berasal dari internal perusahaan. Singkatnya, program MT memang sengaja diadakan perusahaan untuk mencetak calon-calon pemimpin perusahaan di masa depan. MT menjadi sebuah investasi SDM bagi perusahaan. 

Nggak sembarang orang
Sebagai kader pemimpin masa depan, udah pasti nggak sembarang orang bisa mengisi posisi MT ini. Persyaratannya sangat spesifik. Jangankan babak kualifikasi akhirnya, screening (seleksi awal/administrasi)-nya saja udah begitu ketat. Yaitu: IPK minimal 2,85 – 3,00*; umur maksimal 25 – 26 tahun*; TOEFL minimal 450 – 500*, IQ di atas rata-rata; Lulusan universitas unggulan, Ffresh graduate / pengalaman kerja 0 – 2 tahun*; dan Lulus proses rekrutmen awal (administrasi, psikotest, assessment, interview).
Tuh kan? Itu aja baru screening, nanti kalo Trainee --sebutan bagi peserta MT-- dinyatakan lolos, Trainee masih akan melewati serangkaian proses ujian lainnya (dibahas di sub-judul terpisah). Nggak heran, dari puluhan kandidat MT yang melamar -- bahkan di perusahaan besar sampai ratusan--, hanya belasan orang yang berhasil lolos seleksi awal tersebut. Dan jumlah itu akan semakin mengerucut seiring berjalannya program MT. 

Belajar dan belajar

Lagi-lagi, sebagai kader pemimpin masa depan, dimana seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memahami seluk-beluk perusahaannya (good knowledge), maka MT pun dituntut untuk memahami proses bisnis perusahaan secara keseluruhan, se-detil-detilnya! Caranya adalah dengan belajar (in-class), juga OJT (On the Job Training). 

Peserta MT akan diberikan materi yang luar biasa banyaknya selama program berlangsung. Adapun jenis materi yang diberikan juga tergantung dari kebutuhan MT perusahaan. Maksudnya, jika perusahaan membuka posisi MT untuk divisi tertentu, otomatis materi yang diberikan akan lebih fokus ke bidang yang bersangkutan. Namun, jika penempatan akan dilakukan berdasarkan hasil program MT nantinya, materi yang diberikan pun lebih variatif.

Materi in-class pada umumnya materi mengenai keseluruhan corporate (visi, misi, values, budaya kerja perusahaan, struktur organisasi, dll), management development, managerial & functional skill; sedangkan OJT adalah waktunya Trainee belajar langsung di lapangan.

Selama OJT itu, Trainee akan di-rolling ke semua divisi perusahaan yang ada. Bayangin deh, kalo Trainee itu adalah peserta MT di perusahaan besar yang otomatis divisinya juga banyak karena manajemennya udah bagus, ya sebanyak itulah materi yang harus Trainee pelajarin. 

Meski lamanya waktu OJT berbeda-beda tiap perusahaan (3 – 12 bulan), tapi bisa dibilang waktu yang diberikan tersebut teteup sangat singkat, mengingat Trainee harus mempelajari dan memahami semua proses bisnis (flow) di divisi itu. Seperti di PT Ceres Indonesia, misalnya. Selama 6 bulan Trainee harus mengikuti masa-masa OJT pada divisi yang berkaitan dengan bidang penempatan Trainee.

Di Danone Aqua, Trainee di-rolling di semua divisi, dimana tiap-tiap divisinya hanya diberikan waktu 3 bulan untuk menyerap ilmu. Di agensi periklanan Initiative malah pernah lebih berat lagi. Peserta MT yang dikirim ke klien mereka, Telkomsel (sebagai salah satu penempatan wilayah OJT), pada waktu itu hanya diberi waktu 1 hari untuk mempelajari semua divisi di Telkomsel yang berkaitan dengan bisnis media. Kebayang kan gimana pusingnya? 

Atas dasar itulah perusahaan menerapkan seleksi yang begitu ketatnya untuk kandidat MT. Mereka harus high potential, alias tahan banting dan nggak lemot.  

Evaluasi

Dalam MT, ada 1 orang mentor (coach) yang bertanggung jawab terhadap jalannya proses belajar Trainee. Mentor tersebut biasanya adalah kepala divisi, jadi Trainee akan mendapatkan mentor yang berbeda di masing-masing divisinya. Tujuannya agar Trainee bisa belajar langsung dari ahlinya. Masing-masing mentor tersebut nantinya akan memberikan penilaian terhadap kinerja Trainee, yang pastinya akan menjadi rekomendasi bagi kelulusan Trainee. Selain evaluasi dari mentor, faktor utama lainnya yang menjadi penentu kelulusan MT adalah hasil ujian akhir mereka. Ujian akhir di tiap perusahaan berbeda-beda, antara lain: presentasi, studi kasus, product knowledge, interview, diskusi kelompok, dan assessment. 

Senior Staff

 Ketika seorang Trainee dinyatakan lulus program MT, otomatis ia akan tercatat sebagai staf permanen di perusahaannya. Tapi bukan sebagai staf biasa lho, melainkan selevel dengan supervisor. Bahkan ada juga yang langsung menjabat sebagai junior manager. Intinya, lulusan MT di perusahaan manapun, akan naik pangkat menjadi staf senior! Ya, dengan program MT, jenjang kamu memang akan lebih tinggi dibanding dengan rekrutmen jalur biasa. Artinya, kamu bisa lebih cepat sampai ke posisi on top melalui program MT ini. Sedangkan bagi yang nggak lulus, mau nggak mau ia harus meninggalkan perusahaan itu. Psst.. peraturan ini berlaku bagi semua perusahaan yang menyelenggarakan MT lho. Yang nggak lulus, ya langsung di-cut!

Udah dididik, dibayar pula

Seperti yang udah diketahui, program MT itu kan sebenernya adalah program pelatihan, pembelajaran, dan pendidikan. MT direkrut karena tidak/kurang tersedianya tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, sehingga Trainee diasah dari nol dan benar-benar dipersiapkan sebagai pimpinan perusahaan di masa depan (siap pakai) yang sesuai dengan nilai dan budaya perusahaan. Berarti, bagi Trainee, bisa dibilang program ini sangat berguna bagi pengembangan pengetahuan dia. Udah gitu, ia juga nggak perlu bayar sepeser pun pada perusahaan yang telah memberikan pendidikan bermanfaat padanya. Sebaliknya, perusahaan “terpaksa” harus mengeluarkan biaya untuk “memintarkan” Trainee tersebut agar tujuannya mencari kader pemimpin dapat tercapai.

“Udah dididik, dibayar pula”. Itulah keunggulan lain para MT. Apalagi, jumlah nominal yang diterima mereka jauh lebih besar dibandingkan nominal yang diterima fresh graduates untuk rekrutmen staf biasa. Paling tidak, 2 juta rupiah bisa dikantongi para MT ini lho per bulannya! 

Orang-orang pilihan

 Dari pembahasan di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa peserta MT pada dasarnya adalah orang-orang pilihan yang dinilai memiliki jiwa kepemimpinan yang dapat membawa perusahaan ke arah yang lebih baik lagi. Namun ada baiknya kalo hal tersebut nggak bikin kamu (peserta/lulusan MT) jadi sombong. Ingat, selama perusahaan masih terus menerima kandidat MT, berarti masih akan ada kandidat-kandidat terpilih yang sama bagusnya dengan kamu, yang juga dipersiapkan sebagai kader pemimpin perusahaan berikutnya. 


Makin bagus, Makin Dibajak

 Sepertinya hampir semua perusahaan yang memiliki program MT mengakui bahwa kerugian diadakannya program MT ini adalah "maraknya pembajakan" pada para lulusan MT, terlebih pembajakan lulusan MT di perusahaan yang MT-nya terkenal bonafit. Astra International, Danone Aqua, dan Initiative & Lowe, kerap mengalami hal seperti ini. Trainee yang sudah dipersiapkan dengan matangnya dan diharapkan bisa muncul sebagai pimpinan perusahaan, ‘kabur’ dibajak perusahaan lain yang mengiming-imingi dengan berbagai kelebihan. Mengenai hal ini, perusahaan hanya bisa tersenyum kecut. Tapi yang pasti, hal-hal seperti itu nggak serta merta membuat perusahaan-perusahaan itu menghilangkan program MT andalannya. Mereka tetap semangat mencari kandidat baru yang pantas menduduki pimpinan perusahaan, baik dari segi hardklill, maupun softskill. Hmmm, loyalty termasuk softskill, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar