

Adalah Irwan Ahmett, alumnus Disain Grafis IKJ, yang mempunyai mimpi untuk mengubah dunia ke arah yang lebih baik melalui kampanye perubahan perilaku yang digagasnya di bawah nama CYS (Change Your Self). Menurutnya, kita tidak akan bisa mengubah dunia jika kita tidak mengubah diri kita sendiri.
Mimpi indah tersebut membayangi Irwan Ahmett sejak 2 tahun silam. Sebuah mimpi yang merupakan hasil dari pengalaman menghadapi titik perubahan dalam hidupnya. Tepatnya saat ia berusia 30 tahun, ketika ia berusaha memikirkan kembali arti hidup. Beberapa pertanyaan pun ia tanyakan pada dirinya sendiri: hal apa yang membuatnya bahagia; siapa orang yang paling ia cintai; apa yang sebenarnya ia cari dari apa yang ia kerjakan, dsb. Pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan tersebut membentuk suatu titik akumulasi yang membuat Irwan berpikir bahwa dirinya nggak akan bisa menjawab pertanyaan itu kalau ia sendiri nggak mengubah perilakunya. Dan sejak saat itulah ia bertekad untuk melakukan perubahan-perubahan, mulai dari hal yang paling sederhana, misalnya cara pandang Irwan terhadap dirinya sendiri. Kemudian perubahan-perubahan lainnya pun terjadi secara bertahap pada hidupnya.
Yang menarik menurut Irwan adalah ketika perubahan-perubahan yang dilakukannya ternyata turut mempengaruhi perilaku orang-orang di sekitarnya, namun justru karena terjadi perubahan kolektif, orang malah jadi tidak sadar sudah terjadi perubahan. Melihat adanya perubahan positif yang terjadi baik di dirinya juga orang-orang di sekitarnya setelah ia melakukan perubahan perilaku, nah dari situlah Irwan mulai mengkampanyekan perubahan perilaku kepada orang-orang sekitar, dimulai dari orang-orang terdekatnya sampai ke khalayak luas. Meski sadar hal tersebut nggak gampang, tapi Irwan yakin bahwa kita tidak akan bisa mengubah dunia kalo kita tidak mengubah diri kita sendiri. “Ketika kita memiliki suatu keinginan dan kita yakin keinginan itu bisa kita lakukan, maka seluruh alam semesta ini akan membantu mewujudkan keinginan kita," kata Irwan mengutip pepatah bijak yang kerap menjadi penyemangatnya.
Kampanye CYS
Sejak April 2005, Irwan melakukan kampanye CYS di 3 kota, yaitu Jogja, Bandung dan Jakarta. Ia memilih Kota Pelajar sebagai kota pertamanya berkampanye CYS karena di kota tersebut ia adalah stranger, alias orang asing yang nggak kenal dengan siapapun, sehingga akan lebih mudah mendeteksi apakah kampanye CYS yang dilakukannya efektif atau tidak. Menurutnya, jika ia melakukannya di Jakarta, tempat dimana ia tinggal dan bersosialisasi, maka bisa jadi orang-orang yang datang ke kampanyenya adalah teman, sahabat, rekan, atau saudara yang kenal dengannya, yang dateng hanya karna merasa nggak enak pada dirinya. (Maksudnya, sok setia kawan gitu...)
Anyway, dalam 2 bulan pertama Irwan berkampanye CYS, ia melalui masa-masa pengorbanan dan perjuangan, dimana kampanyenya hanya dihadiri oleh beberapa orang saja. Namun setelah 3 bulan bertahan, kampanye CYS mulai dikenal banyak orang dan diekpos media. Sejak saat itu kampanye CYS mulai memasuki kampus-kampus dan talkshow radio. Materi yang dibicarakan beragam: masalah narkoba, pergaulan, percintaan, perkuliahan, dan berbagai masalah kehidupan lainnya. Pokoknya ujungnya berakhir dengan dukungan Irwan yang memotivasi mereka untuk melakukan perubahan perilaku.
Dalam berkampanye CYS, Irwan melakukan pendekatan personal. Ia melakukan presentasi, dialog interaktif, penyuluhan, dan konseling. Semuanya gratis. Bahkan stiker (terkadang pin) bertuliskan kalimat-kalimat bernuansa CYS yang dibagikannya pun free of charge. Hanya merchandise berupa kaos saja yang dijualnya, yang hasil penjualannya ia gunakan untuk melakukan riset mengenai suatu perilaku individu. Memang dalam seminar-seminar yang diselenggarakannya, Irwan mengaku nggak mau asal ngomong dan asal ngajak orang tanpa ada data yang bisa dijadikan referensi untuknya dalam membahas suatu materi CYS. Di lain pihak, Irwan mengaku terkadang solusi yang ia tawarkan dalam konselingnya justru ia buat sesimpel mungkin, misalnya pernah ia hanya menyarankan pada seseorang untuk potong rambut sebagai solusi dari permasalahan orang tersebut. Tapi ternyata potong rambut tersebut bener-bener membawa perubahan baik pada orang itu, yaitu orang tersebut menjadi lebih percaya diri.
Menurut Irwan, nggak hanya orang psikologi yang dapat mengerti tentang permasalahan hidup manusia. "Orang cuma butuh didengar," kata Irwan. Makanya, jika orang psikologi dalam menganalisa permasalahan lebih ke psikologi analisis, tapi kalo Irwan berdasarkan komunikasi visual aja. Hal ini juga lah yang mendorongnya untuk berkampanye CYS melalui stiker yang dibagi-bagikannya. Harapannya, semakin sering kalimat dalam stiker tersebut dilihat seseorang, semakin besar pula kemampuan kalimat tersebut mengubah perilaku seseorang itu.
Memang sih, untuk mengubah perilaku yang udah jadi kebiasaan sehari-hari itu nggak gampang. Apalagi kalo rasa males udah mendera! Rasanya beraaat bangeeet. Tapi kalo kamu udah niat dan yakin kamu bisa, maka kamu pun akan bisa. Apalagi, dengan adanya hati nurani dalam diri manusia, yang disebut-sebut Irwan sebagai software yang paling unggul. “Hati nurani kita itu tanpa dikasih tau juga udah pinter. Dia ga perlu dikasih tau mana yang baik mana yang buruk. Ia nggak pernah boong. Tapi lingkungan yang sering membuat kita disorientasi, nggak mau lagi mendengarkan hati nurani. Jadi itu yang harus dijaga. Jangan sampai kita menutup hati nurani kita.”
CYS makes u think positive
CYS udah beberapa kali bekerja sama dengan pihak-pihak lain, salah satunya dengan pemerintah kota mengenai busway. Pada waktu itu, CYS bukan khusus mengajak orang naik busway, tapi hanya ingin menyampaikan bahwa busway bisa menjadi salah satu sarana transportasi kita, dan betapa banyaknya keuntungan yang dapat dirasakan dibalik kontroversi busway, seperti mengurangi polusi, membuka lapangan kerja, bahkan bagi sebagian orang busway sangat menguntungkan mereka. Menurut Irwan, jika kita hanya berkutat pada segi negatifnya saja, maka kita tidak akan pernah bisa maju. Karena itu, “Pikiran positif sangat membantu,” ujar Irwan. Dan Irwan pun melanjutkan kalimatnya dengan menyebutkan sejumlah keuntungan positif dari bencana banjir. “Lihat saja efek banjir.. renovasi rumah laku, bengkel laku, laundry laku... Ya sedih juga sih dengan keadaan banjir seperti itu... tapi kalo kita liat negatifnya terus ya ga akan maju.”
Social Responsibility
Selain berkampanye perubahan perilaku, CYS juga ikut turun tangan dalam kegiatan bakti sosial terhadap korban bencana. Untuk membantu korban lumpur Lapindo, CYS menjual lumpur Lapindo dengan harga Rp 50.000 untuk 100ml. Lumpur tersebut hanya untuk lucu-lucuan, kata Irwan, tapi ternyata respon orang terhadap aksinya itu cukup bagus. Menurut Irwan, di situlah mindset orang bisa terlihat. “Orang kalo mo beli trus abis itu dibuang juga gapapa.. tapi mindsetnya mereka kan mereka udah ikutan berkontribusi dalam ngebantu ngurangin lumpur lapindo walopun cuma 100ml.” Hasil dari jualan lumpur tersebut pun mereka berikan kepada warga.
Nggak cuma itu, hal unik lainnya yang pernah dilakuin CYS adalah ketika banjir besar Februari lalu, CYS mengeluarkan “JakAirTa”, yaitu minuman yang warnanya sengaja dibuat persis dengan air banjir. Kalo yang ini nggak dijual, cuma dibagiin aja, sebagai bentuk kepedulian. Mau tau rasanya? Jawab Irwan: kecut sekecut-kecutnya! Biar orang tau rasanya kebanjiran kaya gimana... Seru ya?
Bola Es CYS
"Ibarat menggelindingkan bola es," begitu kata Irwan menggambarkan perjalanan kampanye CYS ini. Berawal seorang diri, kini meski ia nggak tau persis jumlah massa CYS sudah berapa, tapi paling nggak ia mengaku sudah didatangi lebih dari 1000 orang selama kampanye itu. Sebenernya tim inti CYS hanya 2 orang, yaitu Irwan dan Mahdi, selebihnya berfungsi sebagai voulenteer CYS, yang siap membantu kampanye CYS kapan dan dimanapun.
Oya, sampe sekarang Irwan sudah mencetak lebih dari 5000 stiker untuk dibagikan kepada orang-orang yang tergerak hatinya untuk melakukan perubahan perilaku. Nggak cuma di 3 kota tersebut di atas aja lho, tapi juga didistribusikan ke Eropa (Belanda), Amerika (New York), dan Australia. Sejalan dengan mimpinya, Irwan berharap konsep perubahan ini bisa diterima oleh siapa saja di belahan bumi manapun.